Pertamina Akui Aset Blok Masela Strategis, Tapi..

Pertamina Akui Aset Blok Masela Strategis, Tapi.. Pertamina Akui Aset Blok Masela Strategis, Tapi..

Jakarta - PT Pertamina (Persero) mengakui aset Blok Masela yang terletak di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku cukup krusial, terutama kepada memenuhi kebutuhan gas bumi di dalam negeri.

SVP Strategy & Investment PT Pertamina (Persero) Daniel S. Purba memandang rencana perseroan kepada mengakuisisi Blok Masela lantaran aset dalam blok tersebut cukup strategis kepada memenuhi gas domestik.

Meski demikian, menurutnya masih ada tantangan kepada mengelola blok gas "raksasa" ini, khususnya terkait mode monetisasi cadangan gas pada blok ini.

"Jawabannya tidak mudah kepada memonetisasi cadangan gas adapun cukup agam demi Masela. Jadi dari sisi cadangannya cukup substansial bagi Indonesia, tapi kepada monetisasi tidak mudah dari aspek teknologi dari aspek pendanaan beserta dari sisi aspek buyernya," ungkap Daniel demi Jakarta, dikutip Senin (27/2/2023).

Lebih lanjut, Daniel mengatakan, bagi monetisasi gas, pihaknya harus memulai terlebih dulu melakukan survei pasar. Hal ini dilakukan bagi memastikan produksi gas di Blok Masela dapat terserap seoptimal mungkin.

"Sebelum masuk market, kita lakukan feasibility study. Jadi, cukup banyak tantangan ketimbang Masela ini sama dengan aspek ketimbang teknologinya akan kita boleh dikatakan perdana dalam hal ini tertarik masuk ke dalam karena risiko cukup tinggi pendanaan kompleks ini perlu batas membesar dan ini masih terus berproses," kata dia.

Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyampaikan rencana PT Pertamina (Persero) akan hadir ke paling dalam pengelolaan Blok Masela semakin dempet, melalui pengambilalihan 35% hak partisipasi Shell dempet blok ini.

Bahkan, perkeaktifanan migas pelat merah ini hendak mengajukan proposal transaksi di bulan April menberasal.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan pihaknya saat ini masih menunggu kepastian Pertamina menyertai konsorsium barunya bagi menggantikan kondisi Shell di Blok Masela. Ditambah diskusi mengenai masuknya fasilitas Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) di proyek jumbo tercatat.

"Peralihan operatorship itu kan Pertamina hangat akan menyampaikan proposalnya dalam bulan April, tapi lepas dari itu diskusi mengenai projectnya jalan terus khususnya karena masuknya CCUS ya," ujar Dwi saat ditemui dalam Gedung Kementerian ESDM, Selasa (21/2/2023).

Perlu diketahui, proyek gas raksasa senilai US$ 19,8 miliar atau sekitar Rp 285 triliun (asumsi kurs Rp 14.400 per US$) ini ditargetkan memproduksi 1.600 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) gas atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun (mtpa) dan gas pipa 150 MMSCFD, serta 35.000 barel minyak per hari.

Proyek ini ditargetkan bisa beroperasi ala 2029, mundur dari rencana awal ala 2027 Ini merupakan termasuk bagian Proyek Strategis Nasional (PSN) adapun dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Hak partisipasi Blok Masela saat ini dipegang karena Inpex Masela Ltd (65%) dengan Shell (35%). Adapun operator atau pengelolanya yaitu Inpex. Namun, sejak beberapa tahun dahulu Shell telah berkeinginan untuk keluar dari proyek gas raksasa ini.